slogan

“Allah telah memberi kenikmatan wajah yang berseri-seri kepada sesorang yang mendengar sabdaku lalu ia menyadarinya, menghafalnya, dan menyampaikannya, dan telah dekat orang yang mendalami ilmu kepada yang lebih mendalaminya. Ada tiga hal yang tidak boleh terhalang dari hati seorang muslim: ikhlas beramal karena Allah, menasehati pemimpi-pemimpin kaum Muslimin, dan komitmen dengan jamaah mereka, karena dakwah senantisa membentang di belakang mereka.”

Sabtu, 30 Agustus 2008

GURU ...

Sebuah kosa kata penuh makna “diguGU lan ditiRU” (ditaati dan dicontoh). Menjadi seorang guru bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah walaupun setiap orang pasti bisa melakukannya, setiap orang dapat ditaati dan dicontoh tapi mampukah ditaati karena kebenaran yang kita sampaikan atau semata-mata karena mereka takut pada kita dan jika kita dicontoh karena kealiman atau justru kejelekan kita. Inilah betapa beratnya pekerjaan seorang guru.
Beberapa waktu yang lalu hati ini sempat terusik dengan sebuah kalimat “Guru adalah Pahlawan Tanpa Honor”. Hingga diri ini berpikir benarkah hal ini yang terjadi saat ini, atau slogan itu hanya berlaku untuk para guru di pedalaman/perbatasan saja. Seperti yang terjadi saat ini sebuah paradigma baru tentang guru. Kita sering lihat bersama di media-media banyak guru yang demo untuk sebuah status ataupun tuntutan-tuntutan yang lain. Terlalu banyak tuntutan-tuntutan yang semula masih dalam tahap sebuah kewajaran tapi kelihatannya tambah berkepanjangan. Terkikisnya norma-norma humanisme hingga terlalu banyak tuntutan, tapi pernahkah berpikir apa yang sudah dilakukan atau merasa sudah banyak yang dilakukan hingga menganggap tuntutan-tuntutan itu adalah sebuah kewajaran. Pernah hati ini merasa malu ketika membaca sebuah novel yang menceritakan tentang perjuangan seorang guru di pedalaman, satu kata yang sempat terucap saat itu subhanallah perjuangan seorang guru yang berada di pedalaman sana walau dengan segala sarana yang terbatas tapi tak sedikitpun berkeluh kesah. Coba renungkan jika seorang guru mulai menghitung setiap tetes peluh yang dia keluarkan lantas bagaimana anak didiknya, apakah nantinya mereka tidak akan belajar menghitung setiap pekerjaan yang mereka kerjakan. Bukankah guru merupakan sebuah komponen penting dalam pencetakan generasi sebuah Negara. Jika ada seorang guru yang “Gaweane tURU” pantaskah dia ditaati dan dicontoh ? Jawaban dari pertanyaan itu ada di dalam diri kita sendiri. Jika kita sudah memilih tuk jadi seorang guru, maka satu hal yang perlu kita azzamkan kuat adalah sebuah pengabdian tuk raih kemuliaan tertinggi

Guru Ku
Betapa besar perjuanganmu
Betapa besar pengorbananmu
Kau tinggalkan keluarga, tuk sebuah pengabdian
Kau didik kami tuk kemajuan negeri ini
Kau bangkitkan kami tuk Harapan sebuah negeri

Guru Ku
Kau bak cahaya dalam kegelapan
Ketika ku tak tau apa ini dan itu
Kau selalu mengajarkan kami dengan ketulusanmu
Ku ingin kau tau, kami kan selalu mencintaimu
(teruntuk semua guru yang ada di bumi)

1 komentar:

Admin mengatakan...

Ke mana pergi sang Guru?
Pribadi yang bersahaja, namun penuh ilmu
Pribadi yang unik, tapi kaya hati
Pribadi yang keras, tapi lembut
Guru bukan sebuah pekerjaan
Karena guru adalah panggilan jiwa
Guru tidak hanya ada di sekolah, guru ada dimana-mana. Di jalan, lembah, bukit, sawah, pohon, gunung, laut...
Siapapun dan apapun akan menjadi guru yang baik bagi murid yang baik